Selasa, 20 Desember 2016

Kelompok "Baper" dan kesesatan dalam berfikir mereka

Berbicara baper (bawah perasaan), saya rasa hampir semua masyarakat  Indonesia sudah tahu  dan paham dengan wacana baru ini, yang paling  saya sesali  Amerika dan sekutunya mampu memanfaatkan wacana ini dengan mengirimkan foto dan berita hoax lewat bom massal kekinian iaitu media. Terpengaruhlah mereka (kelompok baper),mulailah mereka menyesatkan orang yang bersebrangan pendapat dengan mereka. Orang-orang seperti ini paling banyak ditemukan di Facebook.
Tulisan ini berupaya untuk menunjukan bahwa akar segregasi identitas orang ataupun kelompok yang membela pemrintah Suriah disebabkan adanya dua kesalahan utama  bernalar dari orang atau kelompok yang kontra terhadapnya. Dua sesat piker ini adalah Argumentum ad ignorantiam dan Argumentum ad populum. Kesalahan ini berpengaruh pada pra-kondisi kelompok kontra pembela pemerintah Suriah yang saat ini di pimpin oleh; Basar Assad.

“Berbeda”  merupakan kata yang diterjemahkan dari  ketiadaanya dalam konsesus nilai dan norma yang melekat dalam pikiran masyarakat. Sehingga,sekelompok tertentu  bersama sekumpulan masyarakat itu sendiri akan menjadi semacam organisme pemindai  atas apa-apa yang tak terdefinisikan atau tercantum dalam lingkar norma yang telah disepakati.
Ini adalah fenomena pada kelompok pembela pemeritah Suriah.  Hanya karena kesepakatan kolektif  di antara kelompok masyarakat  bahwa apa yang di tampilkan oleh media Seperti BBC dan CNN adalah sesuatu yang mutlak, maka berita ataupun pandangan di luar itu adalah hal yang “berbeda”  dan di anggap sesat. Dan cocok di sematkan kepada  pemikiran seperti itu ialah gagal paham, dan gagal melihat realitas lain. Ayolah kawan,mari kita menenjalangi kesalahan berpikir kita yang seprti itu. Cobalah menerima realitas lain yang di luar pemahaman kita.

Argumentum ad Ignoratiam

“Tong kosong berbunyi nyaring”  merupakan pribahasa yang tepat  untuk menggambarkan  kesalahan berpikir jenis ini. Pribahasa itu dapat ditafsir  sebagai sebuah fenomena orang yang banyak berbicara namun tak ada pengetahuan dalam otaknya. Konteks “tidak ada isi” itu merujuk pada absenya satu pengetahuan yang dapat di jadikan landasan perspektif untuk berbicara. Kosong.Argumentum ad ignoratiam  mengindikasikan  adanya wujud ketidaktahuan  yang mendalam akan sesuatu hal (Adian dan Herdito,2013) pertanyaan saya sederhana, seberapa  fasih pegetahuan kalian tentang konflik yang terjadi di Kota Aleppo,Suriah,itu sendiri ?Saya kembali bertanya, apakah pembenci Permintah yang di pimpin Basar Al-Assad benar-benar paham hakekat ontologis yang terjadi di Aleppo saat ini ? apakah kalian sudah memiliki berita pembanding terhadap apa yang kalian tonton dan baca saat ini ? saya yakin se-yakin-yakinnya pasti belum

Argumentum ad populum

Selain karena ketidaktahuan, popularitas isu tertentu dapat membuat seseorang tidak dapat berpikir  sama sekali dan menyerahkan pendapatnya secara terang-terangan  dengan mengikuti pendapat yang paling banyak diucapkan atau diyakini banyak orang.padahal,popularitas tidak dapat dijadikan alasan untuk membenarkan sebuah klaim (Adian dan Herdito,2013). Yah, terlalu cepat tersugesti simpelnya.
Ada beberapa situasi yang akan membuat kondisi ini mempengaruhi banyak orang. Pertama ,dari siapa dan bagaimana suatu informasi itu  disebar ke public. Max Waber pernah berbicara jika mereka  tidak lagi tunduk dengan senjata, maka gunakanlah Kharisma untuk membuat mereka tunduk. Kharisma  menurut Weber sebagai salah satu tipe ideal  pemimpin. Pemimpin yang saya maksud bisa diterjemahkan seperti pemuka agama. Ya, pemuka agama adalah salah satu aktor yang  strategis untuk menggiring opini tentang  apa terjadi di Aleppo, dan mengatakan pelaku utamanya adalah pemerintah Suriah itu sendiri, dan parah pembela pemerintah Suriah adalah Syiah dan sesat. Ah dengan modal Kharisma sebagai pemuka agama ini mereka bisa membuat pengikutnya  terjebak pada Argumentum ad populum ini. Selain itu ada juga media yang akan memperkeruh suasana dengan pemberitaan sensanionalnya.
Masifnya pemberitaan, masifnya informasi  akan membuat seseorang begitu cepat mengamini apapun isi berita tersebut  karena banyak orang yang mengamini hal yang sama. Cobalah belajar mencari berita pembanding.Orang-orang seperti ini ialah  tipe orang yang lupa bahwa tak semua kebenaran  yang diiyakan oleh orang lain adalah kebenaran mutlak. Ini salah satu  letak yang paling mengerikan dari kesalahan berpikir semacam ini. Dan paling ironis pada kelompok-kelompok ini, mereka selalu merasa  yang paling benar dan yang lain dari mereka adalah sesat.Marilah Kawan menerima realitas lain,  dan jadikanlah Tuhan sebagai penuntun.
Salam dari saya pendunkung Kebenaran bukan pendukung “Basar Al-Assad” ataupun Amerika dan Sekutunya. Dapat salam juga dari Aleppo yang sbenarnya mereka sudah bebas (baik-baik saja) dari penyandra Teroris titipan yang menggunakan "Juba Agam" ,tapi sampai hari ini mereka masih tersandera dengan permainan propaganda yang ada. Mengutip Denny Siregar ; Kepahitan dalam pemikiran mu, takan mampu membuat pahit seruput ku.***


Oleh: Febri Bambuena

Selasa, 04 Oktober 2016

From Adew Mahasiswa for Kakaw-kakaw wartawan



Kakaw-kakaw pasti masih ingat dengan asal-muasal judul tulisan saya ini, judul tulisan ini kebalikan dari judul tulisan yang pernah di tulis oleh Bang KG (sigidad). Yang berjudul; "For Adew mahasiswa from kakaw wartawan" 
(http://sigidad.blogspot.co.id/2015/05/for-adew-mahasiswa-from-kakaw-wartawan.html?m=1)

Tulisan Bang KG itu,di tulis sekitar satu tahun yang lalu,yang dimana,pada saat itu Bang KG masih menjadi wartawan di salah satu media lokal di BMR. Tulisan itu menjadi salah satu sanggahan oleh;Bang KG terhadap tulisan saya,satu tahun lalu "Galau-galau wartawan Bolmong".

Sebelum lebih jauh,alangkah lebih baik ketika saya jelaskan dulu siapa Bang KG yang saya maksud, jangan sampai ada KG yang lain merasa tersinggung, lalu kebakaran jenggot (mampos kenak Bully lagi).  
KG yang saya maksud bukan Kahlil Gibran ataupun  Katamsi Ginano, yang tulisan-tulisannya sering di Broadcast kakaw-kakaw wartawan. Tapi  KG yang di maksud Kristianto Galuwo, atau biasa di sapa Sigidad. Bang KG (Sigidad) adalah salah  satu Jurnalist  asal BMR yang menjadi idola saya. Yang kini ia telah menjadi jurnalist di salah  satu media nasional. Tulisan ini saya buat,bukan untuk Bang KG (Sigidad),tapi buat Kakaw-kakaw Wartawan yang saat ini bergelut di media lokal di BMR.  

Kakaw-kakaw Adew bole batanya ?  (Kebalikan dari,Adew kakaw bole batanya?)

Kakaw-kakaw wartawan dengan media yang kakaw ada karja akang mo berpihak kamana dang ini di pilkada Bolmong ? 
Pa Kontestan politik atau mo bantu masyarakat supaya lebih cerdas ba pilih pemimpin yang bagus  ?
(Media dan pewarta akan berpihak pada kepentingan Kontestan politik atau berpihak untuk kecerdasan rakyat dalam memilih calon yang ideal ?)

Mohon maaf jika saya hanya sebagai mahasiswa lalu sudah lancang bertanya seperti itu terhadap kakaw-kakaw wartawan.  Tapi saya  bertanya karena saya sebagai pembaca punya sikap  peduli dan berhak sebagai warga negara,yang jelas-jelas dalam UUD pun memperbolehkan kebebasan berpendapat. Dan media sebagai pilar ke-empat dalam ber-demokrasi maka setiap warga negara berhak memberikan kontrol dan kritik terhadap media, sebagaimana media berhak dan wajib memberikan kontrol dan kritik terhadap pemerintah.

Sudah hampir  3 minggu, setelah KPU menetapkan 2 pasang calon Bupati dan wakil bupati, yang akan bertarung di pilkada Bolmong nanti, yaitu, Pasangan ;Yasty S Mokoagow- Yany R Tuuk,dan pasangan calon,Salihi B Mokodongan-Jefry Tumelap. Mulai itu pula,saya melihat,isu,berita,dan kreativitas beberapa  kakaw-kakaw wartawan  berkurang karena hanya ter focus pada pilkada terus menerus dan beritanya hanya tentang itu-itu saja. Kenapa saya  katakan sepeti itu, jelas, karena lewat berita yang kakaw-kakaw tulis setiap hari,yang kebetulan saya baca setiap hari,saya bisa mengukur isu dan kreativitas kakaw-kakaw berkurang, dalam artian berita kakaw-kakaw akhir-akhir ini kurang menarik. 

Memang hubungan antara media,pemerintah,politik,dan masyarakat,sanggat kuat.  Bukan sok menggurui, karena saya yakin kakaw-kakaw wartawan lebih paham tentang fungsi dan regulasi yang berlaku dalam dunia kerjunalisan, karena sangat tidak mungkin jika sudah menyandang status sebagai seorang jurnalist, lalu tidak tahu tentang fungsi dan mekanismenya seperti apa. Makanya saya lebih berpikir bahwa saking sibuknya kakaw-kakaw jadi  suka lupa mungkin,atau lebih parah lagi jika ada dari salah satu kakaw-kakaw ini yang benar-benar tidak tahu sama sekali. Saya sebagai pembaca yang setia, sudah menjadi kewajiban saya untuk saling mengingatkan. Ada 2  hal yang perlu dan harus  kakaw-kakaw wartawan  ingat kembali. 

Pertama, pemberitaan terhadap masing-masing calon harus seimbang,tidak boleh berpihak ke salah satu calon,dan itu jelas di atur dalam kode etik jurnalisme. Karena menjadi suatu kewajiban moral bagi para penanggung jawab media,baik itu pemilik media ataupun pewartanya untuk menjadikan netralitas, sikap independen terhadap kontestan politik,sebagai suatu keutamaan yang harus terus di perjuangkan.

Kedua, karena media sebagai pilar ke empat dalam demokrasi, maka sudah menjadi tugasmedia untuk mengajak masyarakat atau calon pemilih untuk menjadi cerdas dalam memilih calon pemimpin yang baik dan ideal. Karena salah satu  tugas media adalah memberikan pendidikan demokrasi yang baik kepada pemilih,seharusnya berita-berita yang harus Kakaw-kakaw sajikan adalah bagaimana agar pemilih akan cerdas dalam memilih,contoh cara memilih yang baik dan benar demi mendapatkan calon pemimpin yang ideal. Bukan malah memasang iklan-iklan dan berita tentang  aktifitas  salah satu kontestan terus menerus. Itu sama halnya dengan kakaw-kakaw mengajak masyarakat untuk memilih salah satu calon. 

Saya memang hanya  sebagai pembaca  yang setia di berapa media tempat kakaw-kakaw menyandang status sebagai seorang jurnalist. Bukan berarti pula saya hanya sebagai pembaca ataupun sekelas mahasiswa, lalu kemudian tidak paham sama sekali tentang media dan jurnalistik, karena sesekali saya juga pernah ikut kajian tentang jurnalistik,ataupun workshop jurnalistik.yah,meski cara penulisan saya tidak sehebat kakaw-kakaw.  Dan kebetulan juga,ada beberapa buku tentang pers yang tersusun di rak buku saya (sapa tahu kakaw-kakaw mo pinjam mo baca,lebe bagus,biar kakaw-kakaw ndak mo lupa). 

Saya, selaku pembaca yang setia,sangat khawatir bila media dan  kakaw-kakaw wartawan ini,terjerumus dalam kategori media dan wartawan  abal-abal, seperti yang di jelaskan dalam buku yang saya baca "Jurnalisme era digital"  buku ini membahas tentang industri media abat 21 dan juga tentang esensi jurnalist. Yaah, memang sejak tumbangnya rezim Orba, pers di indonesia mengalami masa leberalisasi. Salah satu indikasinya adalah maraknya Perindustrian media/percetakan di inodensia.  Dan ini menjadi sebuah kesempatan untuk para elit politik,mulai dari tingkat nasional kemudian turun hingga ke tingkat lokal, dengan bebas untuk mendirikan media,atau bekerja sama dengan pihak media, hanya untuk kepentingan politik mereka. 
Dampak dari  itu,ialah saat ini banyak sekali media yang hanya memikirkan segi ekonomisnya atau keuntungan, dan tidak mau tahu dengan kualitas beritanya,apalagi dengan kualitas wartawannya.  Dan biasanya Cara berpikir para pelaku Media abal-abal seperti ini  (Persetan dengan kualitas berita atupun wartawanya,yang penting dapat uang dari iklan,pembeli/pembaca,dan yang utama dapat kontrak dari Pemda/Pemkot).

Semoga saja kakaw-kakaw wartawan ataupun media tempat kakaw-kakaw bekerja,tidak termasuk sebagai media dan wartawan abal-abal  yang saya maksud di atas.***


Oleh : Febri Bambuena

Rabu, 09 Maret 2016

Gerombolan Homovobia yang terjebak dalam bacaan purba


Setiap memulai untuk menulis saya selalu bingung harus memulai dengan kata-kata apa,sampai dengan sekarang pun saya masih bingung dengan kata apa saya akan memulai tulisan ini. Ah dimulai saja dengan kata gerombolan anak ayam yang Homovobia ini. Kanapa anak ayam ? Ha ha.
Induk ayam jika disentuh, pasti anak-anaknya (atau pipit-pipitnya) akan mengamuk walaupun mereka sebenarnya tidak berani melawan.Ada apa dengan anak-anak ayam ini ? Saya juga tidak mengerti ada apa dengan mereka.

Alangkah lucunya (banyak lucunya ), pada saat tulisan saya kemarin yang bejudul "Tulisan Usang untuk Cocoklogy Ryza Fardiansyah" itu,mengundang banyak reaksi parah netizen-netizen yang berada pada kelompok tertentu. Padahal dalam tulisan saya kemarin tidak ada satu nama pun dari mereka atau pun nama kelompok mereka yang saya sebut dalam tulisan itu. Lucu tidak ? Lucu saja biar kelihatan cocoklogy saya antara hal yang tidak lucu yang saya lucukan. Tapi tidak apa-apalah itu adalah salah satu keberhasilan tulisan saya yang mampu membuat para "sebagian" pembaca ini kebakaran jenggot dan kerutkan kening mereka. Belum 2 jam tulisan saya di publikasikan, anak-anak ayam ini mulai memperlihatkan sikap pelawanan mereka dengan sikap kekanak-kanakan mereka yang polos (mungkin). Mulai ada yang menyindir lewat status BBM dan bahkan ada yang berbisik di belakang layar. Tidak perluh saya runutkan satu-persatu nama mereka ini, lansung saja saya namakan mereka anak ayam yang homovobia. Yang saya heran kenapa masalah tulisan saya yang menanggapi pemahaman Kanda Ryza, tapi kenapa kelompok anak-anak ayam ini yang kebakaran jenggot ? Ah sudalah mungkin Ryza adalah induk mereka makanya mereka yang memperlihatkan perlawanan. 
Mulai dari yang berstatus begini, A : kritik yang membosankan. Satu pertanyaan terhadap orang ini, jika membosankan kenapa kau pikirkan ? 
Ada juga si B : Mungkin dia tidak mengerti apa itu epistemologi #Bacabukukua. Ini yang agak menarik untuk diberikan berapa pertanyan. Memang epistemologi yang kau tahu hanya yang kau paham sekarang ? Saya tidak perluh bilang kamu B harus baca buku karna sudah kelihatan dari statusmu itu kau memang jarang baca. Ada juga status dari A : hilangkan epistemologi agama, bukang baper itu ?, pertanyaan juga si A kau paham tidak orang ateis pun punya epistemologi ?, justru saya yang ragu dengan kau, mungkin yang kau paham bukan epistemologi tapi hanya alat epistimologi. Utat,di luar banyak yang punya epistemologi masing-masing  terlepas dari siapa yang paling benar. Keluarlah tanpa meninggalkan pemahaman yang sebelumya dan kenali pahaman yang bekembang di luar sana biar ada perbandingan.

24 jam RU BBM saya selalu di isi oleh anak-anak ayam ini dengan status yang menurut saya adalah sikap kekanak-kanakan, coba kalo brani lansung Ba BBM (hahaha). Dalam tidurku yang lelap,siang itu tiba-tiba gadget saya berisikan Broadcast tanggapan dari beberapa kelompok Homovobia itu. Yang pertama bila saya tidak salah dia adalah perempuan yang kuliah di UMI,yang kedua adalah tulisan dari utat Eka, dan yang terakhir Puisi dari utat Ady Ramli. Walaupun yang saya tahu tulisan-tulisan itu adalah hasil Rundingan dari kelompok anak ayam Homovobia ini. Saya hanya kasihan melihat anak-anak ayam ini memberikan tanggapan dari segi penulisan dan penyampaian yang berbeda,tapi hanya satu maksud yang sama,dalam bentuk yang berbeda. Jika itu hasil rundingan dari sekelompok maka saya lansung bisa mengukur tingkat pengetahuan sekelompok hanya dengan mengukur lewat satu tulisan.

Untuk menanggapi tiga tulisan itu, tidak perluh harus menulis tiga tulisan juga. Karena tiga tulisan itu saya rasa tidak ada bedanya dengan tulisan kanda Ryza, hanya kata-kata dan model saja yang dirubah,yang pada intinya hanya bahwa kaum LGBT itu harus di hilangkan dari muka Bumi in. Tatkala mereka merusak manusia dan agama di muka Bumi ini. Mungkin itu menurut mereka kenapa LGBT harus di musnahkan.

Untuk kalian gerombolan Homovobia, saya ingin bertanya apakah kalian pahami baik-baik tulisan saya kemarin ? Sepertinya kalian ini terjebak dengan bacaan purba kalian. Mungkin kalian butuh bantuan saya untuk menjelaskan apa yang saya maksud dalam tulisan saya itu.  Saya kasihan jadi saya ingin membantu kalian untuk keluar dari bacaan purba kalian. 
Ingat saya di situ tidak menjelaskan bahwa kaum LGBT harus di sahkan dalam undang-undang yang ada di negara kita. Karena jelas-jelas negara tidak memperbolehkan itu. Tapi yang saya maksud janganlah kita sebagai kaum hetero yang di anggap agama,ras ,dan negara sebagai orientasi yang legal, lalu kemudian menggunakan orientasi kita untuk mendiskriminasi kaum LGBT. Di situ saya hanya mencoba menawarkan hilangkan ego epistemologi agama,ras,dan orientasi seks kita, bukan mehilangkan alat epistem kita (untuk kawan). Saya tawarkan mari kita lihat mereka dengan cara kamanusiaan.  ( Memang orang yang selalu mengabaikan perasaan,pasti akan "Radikal").Mereka juga manusia sama seperti kita tidak mau di sakiti entah itu dari segi fisik dan non-fisik. Janganlah kita menghukum mereka dengan persepsi kita masing-masing. Karena yang menentukan orang masuk surga dan neraka adalah pemilik surga dan neraka pula,bukan manusia.

Mengenai Homoseksual adalah orientasi seksual yang normal. Iya itu memang orientasi yang mormal. Dan itu bukan pernyataan yang tanpa landasan saudariku Atika. Itu berlandaskan penilitian ilmuan-ilmuan yang saya baca. Coba saudari atika baca buku tentang homoseksual atau cari saja di otak om google, karena zaman digital seperti ini sangat membantu teman-teman yang sering terjebak di referensi yang purba. Kalianlah yang tidak memiliki referensi lain yang di luar ikatan agama. Saran saya perbanyak piknik ke toko buku,baca buku dan internet biar tahu perkembangan pemahaman yang di luar agama.

Mengenai HAM, saya kira teman-teman gerombolan Homovobia ini banyak yang mengambil studi hukum bahkan sudah ada yang menaruh gelar SH di belakang nama. Jika tidak tahu bedakan mana tindakan kriminal dan mana yang bukan, maka akan saya pertanyakan lagi,apa yang kalian dapat di bangku kuliahmu ?
Ingat utat-utat bahwa di tulisan saya itu tidak menyebutkan bahwa kaum sodom harus dilindungi dengan HAM. Kalian tahu apa-apa yang seharusnya di indungi oleh HAM si ? Kalo tidak tahu Maka di pertanyakan Gelar SH itu dapat dengan cara bagaimana ?, yang saya maksud ada hal-hal tertentu yang harus di lindungi oleh HAM. Yang petama untuk menjaga kelas-kelas sosial,coba utat-utat baca buku Karl Marx. Seperti diskriminasi di tempat kerja terhadap kaum Homo,pelecehan terhadap kaum homo, dan lindungan terhadap kaum homo. 
Utat Ady Ramli. Dalam puisimu itu hanyalah untaian kata-kata yang menunjukan kelemahanmu. Kau tahu tidak ? Tidak semua kaum Homo itu sodom. Sodom adalah tindakan kriminal, yang bisa di sebut sodom ketika dia melakukan pelecehan seks terhadap orang tidak suka dan anak-anak di bawah 17 tahun. Jika dia sodom bukan orientasi yang di persalahkan tapi kejiwaannya. Jika pasangan homo suka sama suka,apakah itu di sebut juga krimal dan sodom ?. Jadi apa yang menantang dengan sabda Nabi Luth ? Zaman Nabi Luth bukanlah orientasinya yang salah, tapi budaya di zaman itu. 
Perbanyaklah piknik ke toko buku, dan baca internet kawan.

Untuk utat Eka. Tidak ada perluh saya tanggapi semua tentang tulisanmu itu karna tidak ada yang menarik untuk saya. Cuman ada satu yang sangat membuat saya tertawa terbahak-bahak sampai sekrangpun saya masih tertawa. Ha ha.
Menurutmu siapa yang tidak etis, yang berstatus di BBM seperti kanak-kanak, sindir menyindir seperti bayi kecebong yang baru menemukan hal yang baru. Ataukah saya yang menyampaikan pendapat,pemahaman saya,dengan cara lewat tulisan pula yang menurut saya itu adalah tindakan yang lumrah dan etis. 
Utat jika saya ingin berkenalan dengan kanda Ryza tidak perluh dengan cara begitu saya pake jalur organisasi saya juga bisa, tapi saya bukan tipe orang yang tunduk hanya dengan sebuah kepentingan. Itu cuman masalah perbedaan pemahaman antara saya dan kanda Ryza, bukan maksud apa-apa. Karna perbedaan pemahaman itu hal yang lumrah untuk orang yang betul-betul belajar. 
Saya rasa benar apa yang di katakan oleh utat Eka bahwa berseduh dengan segelas  Kopi, lebih enak dari pada sindir-sindiran di status atau berbicara di belakang tapi takut  untuk timbul di depan. Jika masalah pemahaman saya bertolak belakang dengan kanda Ryza, kemudian menimbulkan reaksi kalian. Yang tanpa alasan. 
Saya menunggu jadwal ngopinya utat.

Salam panci.